Cerita Tentang Pak Bagyo dan Senyum yang Kembali

Pak Bagyo, seorang pensiunan guru, dulu selalu ceria. Tapi sejak kehilangan istrinya, kecemasan datang tanpa diundang. Malam-malam panjang terasa mencekam, dan siang hari hanya dipenuhi kekosongan. Anak-anaknya mencemaskan kondisinya, tapi Pak Bagyo selalu bilang, “Aku baik-baik saja.” Sampai suatu hari, ia mendengar tentang terapi kecemasan pada lansia dari tetangganya. Rasa penasaran mendorongnya untuk mencari tahu lebih lanjut.

Di sesi pertamanya, Pak Bagyo merasa ragu. Namun, suasana hangat dan tenang membuatnya sedikit rileks. Terapisnya tidak memaksa untuk bercerita, hanya mendengarkan saat Pak Bagyo berbagi tentang istrinya dan kehidupannya dulu. “Tidak ada yang salah dengan merasa cemas,” kata terapisnya lembut. Dari sana, Pak Bagyo mulai belajar mengenali perasaan yang ia pendam. Perlahan, terapi ini membantu Pak Bagyo memahami bahwa ia tidak sendirian. Terapi di Ruang Jiwaku membantunya melihat bahwa ada jalan untuk kembali merasa damai.

Setelah beberapa minggu, perubahan mulai terasa. Pak Bagyo yang dulu takut keluar rumah kini rajin menyiram tanaman di pagi hari, menyapa tetangga dengan senyuman. Ia bahkan mulai menulis diari, mencatat hal-hal baik yang terjadi setiap harinya. Sesi terapinya menjadi ruang yang ia nantikan, seperti pertemuan dengan teman lama yang memahami tanpa menghakimi. Bagi Pak Bagyo, terapi kecemasan pada lansia bukan hanya soal mengurangi kecemasan, tapi juga menemukan kembali dirinya yang hilang.

Kisah Pak Bagyo mengingatkan kita bahwa usia bukanlah penghalang untuk mencari bantuan. Jika Anda atau orang terdekat Anda sedang berjuang melawan kecemasan, jangan ragu untuk memulai terapi kecemasan pada lansia. Segera hubungi narahubung Ruang Jiwaku dan temukan cara untuk menghadirkan ketenangan di hari-hari yang penuh makna.

You may also like...

Name - City
Membeli Product Time